A. Latar belakang
Desa tomini merupakan desa yang tertua di kecamatan Tomini yang terdapat
di Kabupaten parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah masyarakatnya sangat ramah serta menjujung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan dan persatuan.
Penduduk asli tomini
mempunyai bahasa daerah sendiri yakni bahasa tialo, kemudian bahasa ini
berkambang menjadi empat dialek
· Bahasa tomini dialek tilao · Bahasa tomini dialek tajio
· Bahasa tomini dialek lauje
· Bahasa tomini dialek dondo
Suku bahasa tialo terus menyebar meliputi daerah desa ampibabo sampai
desa popayato ( gorontalo ) dan kearah utara yakni desa dondo dan dampelas
sojol
Nama
desa tomini berasal dari bahasa mandar. Asal kata : “ Tau dan Mene ” Tau
artinya orang sedangkan Mene artinya naik. Jadi Tau dan Mene adalah
orang naik atau orang datang.
Dari nama taumene ini kemudian berubah sebutan menjadi toumini, setelah itu
disebabkan oleh pengaruh bahasa atau dialek tialo kata toumini berubah lagi
menjadi tomini yang sampai sekarang ini
masih digunakan oleh masyarakat tomini pada umumnya. Sebelum abad ke 17 masehi masyarakat tomini sudah mulai ada perkembangan
tentang pemerintahan pada saat itu mereka sudah mulai membentuk susunan
pemerintahan sederhana, yang dipimpin
oleh seorang Olongia ( orang berpengaruh ) yang bernama Alam dan Bergelar
olingia jogugu alam.
B. Borman Menjadi Raja
Pada tahun 1904-1924 penggawa borman diangkat menjadi raja kerajaan
moutong dengan wilayah moutong sampai
tada. Setelah itu raja Borman kemudian digantikan oleh H.S Lahia dari tahun
1925-1929.
C. Pelantikan Raja Kuti Tombolotutu Didesa Tomini
Pelantikan raja harus
sesuai dengan ikrar yang telah disepakati ikrar tersebut adalah yang menjadi
raja harus anak dari raja tombolotutu yakni kuti tombolotutu dan wilayah
kerajaannya dari tada sampai moutong. Kesepakatan
itu kemudian disampaikan kepada pemerintah hindia belanda. Setelah mendengar
permohonan itu disetujui pemerintah belanda makasaat itu pula masyarakat tomini
berbondong-bondong mempersiapkan segala perlengkapan yang dibutukan pada saat
pelantikan tersebut dan sekali gus penetapan tempat pelantikan serta waktunya.
Pada tanggal 11 April 1929-10 Juni 1929 setelah H.S Lahia memerintah
pada tahun 1925-1929. Maka pemerintah Hindia belanda mengusahakan pengangkatan
seorang raja yang resmi bernama Kuti Tombolotutu dan pelantikannya ditetapkan
di desa Tomini, Sebelum pengangkatan itu
dilaksanakan masyarakat tomini mempersiapkan pelaksanaan acara pelantikannya
yang harus sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku di desa tomini yaitu
1. Raja disumpah dan di lantik duduk diatas batu
1. Raja disumpah dan di lantik duduk diatas batu
2. Istri raja harus duduk disamping raja
serta duduk diatas batu
3. Saat pelantikan raja harus berjalan
diatas kain berwarna putih
Untuk tidak melanggar
aturan adat diatas maka masyarakat tomin segera mencari dua buah batu besar,
satu untuk di jadikan sebagai tempat duduk raja dan satu lagi sebagai tempat
duduk sang istri yang mendampinginya
ketika dilantik. Batu-batu tersebut kemudian didapatkan dihulu sungai
tomini yang diambil secara bergotong royong dengan rasa kekeluargaan sehingga
kedua batu pelantikan tersebut sampai di tempat pelantikan yaitu dilapangan
sepak bola tomini ( sekarang dikenal dengan nama lapangan batu raja tomini)
yang berjarak ± 2 km dari hulu sungai.
Setelah kedua batu itu
didapatkan acara pelantikanmu segera dimulai tetapi sebelum acara pelantikan
itu dimulai dibentangkanlah kain berwarna putih sepanjang jalan yang dilalui
oleh calon raja dan menuju tempat tempat pelantikan yang berjarak ± 450 M. Dari
tepi pantai ketempat pelantikan.
Makna kain putih yakni suci hatinya dalam menjalankan pemerintahan sedangkan makna batu yakni keras hati untuk menegakan kebenaran dalam menjalankan pemerintahan.
Pada hari senin tanggal
10 juni 1929 resmi dilaksanakn pelantikan
dalam acara pelantikan tersebut hadir pulah raja-raja tetangga dari
daerah sulawesi tengah dan dari daerah sulawesi utara, gorontalo, serta di
hadiri oleh residen manado, asisten residen donggala kontro leur parigi , dan
seluruh rakyat kerajaan moutong
D. Penangkapan Tentara Belanda Di Desa Tomini Peristiwa penangkapan tentara belanda pada tanggal 11 April 1942 oleh
toko-toko masyarakat yakni :
1.
H. Mbalu 2. M.B Poleh
3. Abdullah Barmawi
5. Tjaraan
6. Abdullah Dg. Maliki
7. Samana, dll
Tentara belanda yang ditangkap masing-masing bernama : Wilingharts (
Weilinga ) yang berpangkat sersan mayor
dan Maitimu sebagai pengawal suku ambon.
Penangkapan dilaksanakan atas perintah kepala desa tomini yang
bernama A. Lamakada. setelah ditangkap
kedua tentara tersebut diantar ketinombo dan diserahkan swap raja.
Selain dari gambaran sejarah singkat tentang desa tomini serta
pelantikan raja didesa tomini ada pula hal-hal yang menurut faktanya menyimpan
pula unsur-unsur sejarah desa tomini antara lain :
Didesa tomini terdapat sebuah perkampungan kecil yang diberi nama
Boinampal di kampung inilah mula-mula penduduk desa tomini berada dengan
mata pencarian bertani, dan disamping itu mereka mendirikan sebuah
pertahanan apabila diserang musuh yang diberi nama benteng, hal ini pertanda
bahwa sejak ratusan tahun lalu sudah ada penduduk yang mendiami daerah ini yang
meliputi : orang tomini, yang tekenal dengan suku tialo, selanjutnya
penduduknya semakin berkembang serta membuat pemukiman baru disepanjang pantai
tomini dari situlah desa tomini dikenal
sampai saat sekarang ini.
Dilingkungan desa tomini ada pulah sebuah dusun yang sekarang di beri
nama popa jaya. Dusun itu memang sejak dulu bernama popa. Popa artinya hutan
rumbiah kepunyaan orang-orang tambalate. Tambalate yaitu suatu kelompok
penduduk yang datang bermukim dan berasal dari sulawesi selatan. Suatu hari
terjadi pertikaian antara suku tialo dan tambalate. Maka terjadilah peperangan
yang dimenangkan oleh suku tialo, kemudian tambalate mundur dan
berpindah-pindah tempat yang akhirnya sampai ke hulondalangi yang sekarang
dikenal dengan nama gorontalo dan telah menjadi satu propensi di wilayah utara
pulau sulawesi. Di kota gorontalo masih terdapat sebuah kampung yang bernama
tambalate ( tamalate ) sampai sekarang.
Selain itu pula didesa tomini terdapat sebuah rumah yang merupakan
tempat persinggahan raja kuti
tombolotutu. Rumah tersebut
bernama katabang dan terletak didusun popa jaya yang sekarang
telah menjadi sebuah desa yaitu Tomini Barat. Namun keberadan rumah ketabang
sekarang sudah tidak diketahui keberadaannya ada kalangan masyarakat yang
mengatakan bahwa rumah tersebut sudah hilang
yang disebabkan oleh meluapnya air sungai tomini barat yang sering
terjadi banjir. Rumah ketabang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para
toko-toko pejuang pada saat itu
Dipantai tomini terdapat pula sebuah bangunan batu dalam bentuk tugu
oleh penduduk desa tomini sejak dahulu mengenal dan menyebutnya loji sehingga
pantai tersebut disebut pantai loji. Bangunan ini merupakan sala satu situs
sejarah tomini dan di perkirakan tugu tersebut telah berusia tidak kurang dari
350 tahun dan dipercaya merupakan peninggalan bangsa portugis atau bangsa
belanda pada zaman VOC di abad ke-17 masehi.
Demikianlah Sejarah singkat terbentuknya
desa Tomini Kabupaten Parigi Moutong, semoga dapat menamba ilmu dan
pengatahuan kita semua terhadap budaya-budaya Nasional Khususnya Budaya
Kecamatan Tomini.
Sumber: Cerita Rakyat Tomini,
( Drs. Aminudin Lacindung ). 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar